Dari
sekelompok kecebong yang hidup di sebuah selokan kecil, ada seekor yang
merasa cemas dengan kondisi lingkungan, populasi yang banyak, dan musim
kemarau. Ia sering meloncat-loncat ke atas air untuk melihat apakah ada
tempat yang lebih besar untuk mempertahankan hidup bila musim kemarau
berkepanjangan.
Setelah
melihat-lihat, ternyata ada satu selokan yang lebih besar dengan air
yang lebih banyak, maka ia pun mulai berpikir untuk bermigrasi kesana.
Ketika ia mengajak teman-temannya migrasi, mereka umumnya menolak.
“Di
sini kan sudah hidup nyaman dan enak, makanan tersedia, teman banyak.
Jadi, untuk apa susah-susah pindah ke tempat baru yang belum tentu lebih
baik?”
Teman-temannya
hanya melihat kondisi sekarang. Mereka tidak mau berpikir mengenai
tantangan dan ancaman yang bakal dihadapi di masa depan. Sedangkan ia,
selain menikmati hidup, juga selalu memerhatikan kedalaman air selokan
sudah semakin menurun. Ia bertekad untuk meloncat ke selokan yang lebih
besar di sebelahnya.
“Bila tidak mengambil risiko sekarang, takkan ada kesempatan lagi,”
begitu pikirnya. Ia sadar, karena kecebong memiliki daya loncat
terbatas, ia takkan bisa lagi melompat ke selokan sebelahnya bila
ketinggian air tidak mencukupi. Makan meloncatlah ia dan selamatlah
hidupnya.
Musim
kemarau yang berkepanjangan menyebabkan air di selokan kecil itu
semakin berkurang dan akhirnya habis. Kecebong-kecebong yang tidak mau
pindah akhirnya mati kekeringan.
Kesuksesan kita sebenarnya tidak jauh, hanya diluar zona aman kita.
“Tembaklah bulan. Bahkan jika Anda meleset, Anda akan mendarat diantara bintang.” – Brian Littrell
Tidak ada komentar:
Posting Komentar